Ngawi, presstoday.id – Desa/Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi, gegap gempita dengan kemeriahan pagelaran wayang kulit dalam rangka tradisi Bersih Desa.
Acara yang diselenggarakan, Selasa, 23/7. ini dimeriahkan oleh Ki Djatmiko Anom Suroto, dalang kondang asal Jawa Timur.
Pagelaran wayang kulit dengan lakon “Mbangun Bale Puro Kencono” ini menjadi puncak acara Bersih Desa yang sarat makna dan tradisi.
Lakon tersebut dipilih sebagai simbol harapan untuk membangun desa yang sejahtera dan makmur, selaras dengan semangat gotong royong dan kebersamaan masyarakat Dusun Cepet.
Bupati Ngawi, Ony Anwar Harsono, turut hadir dalam kemeriahan Bersih Desa ini dan menyampaikan sambutannya.
Beliau mengapresiasi tradisi Bersih Desa yang masih lestari di Dusun Cepet dan berharap tradisi ini dapat terus dilestarikan sebagai warisan budaya yang berharga.
“Bersih Desa bukan hanya tentang membersihkan desa, tetapi juga membersihkan diri dan hati. Mari kita jadikan momen ini untuk intropeksi diri dan memperkuat rasa persatuan dan kesatuan sebagai warga desa,” pesan Bupati Ony.
Sementara itu, Kepala Desa Kendal, Suwarno, menyampaikan rasa terima kasihnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam menyukseskan acara Bersih Desa ini.
Beliau juga mengajak seluruh warga desa untuk terus menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan desa.
“Bersih Desa ini merupakan wujud rasa syukur kita atas limpahan karunia yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Mari kita jaga desa kita agar tetap bersih, asri, dan lestari,” ajak Kades Suwarno.
Acara Bersih Desa ini juga dihadiri oleh Wakil Bupati Ngawi, Dwi Riyanto Djatmiko, Sekretaris Daerah, Mokh Sodiq Triwidiyanto, Kepala OPD, dan Camat Kendal Sofwan Ahmadi.
Tradisi Bersih Desa di Dusun Cepet ini bukan hanya menjadi momen untuk membersihkan desa, tetapi juga menjadi perekat kebersamaan dan gotong royong antar warga.
Tradisi ini diharapkan dapat terus dilestarikan sebagai warisan budaya yang berharga dan menjadi identitas desa yang patut dibanggakan.
Tradisi Bersih Desa ini menjadi wujud rasa syukur atas limpahan karunia dan sebagai perekat kebersamaan antar warga.
Tradisi ini diharapkan dapat terus dilestarikan sebagai warisan budaya yang berharga.
Wartawan: Aris Toha M Editor: Tim Redaksi