Ngawi, presstoday.id – Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi melanjutkan pelaksanaan Orientasi Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi (PGBT) pada hari kedua, Kamis 14/8, di Kurnia Convention Hall. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan puskesmas dalam menangani balita gizi buruk secara cepat, tepat, dan terintegrasi.
Kepala Dinas Kesehatan Ngawi, Yudono, menjelaskan bahwa balita dengan gizi buruk memiliki risiko serius, baik dalam jangka pendek maupun panjang, mulai dari gangguan tumbuh kembang, penurunan fungsi kognitif, hingga peningkatan kerentanan terhadap penyakit.
“Balita gizi buruk sangat rentan terhadap infeksi. Tidak jarang, gizi buruk justru disebabkan oleh penyakit infeksi. Penanganannya harus terintegrasi antara rawat inap, rawat jalan, dan pemberdayaan masyarakat,” ujarnya.
foto: “dokter, bidan, dan pengelola gizi puskesmas mengikuti orientasi sebagai upaya peningkatan kapasitas tenaga kesehatan di ngawi,”
Yudono menambahkan, apabila program pemberdayaan masyarakat dan deteksi dini berjalan optimal, maka balita gizi buruk dapat ditangani melalui pelayanan rawat jalan.
Hal ini diharapkan dapat mencegah perburukan kondisi anak sekaligus menekan angka gizi buruk di daerah.
Orientasi ini diikuti oleh perwakilan dokter umum, pengelola gizi, serta perawat dan bidan dari seluruh puskesmas di Kabupaten Ngawi.
Kegiatan juga menghadirkan dua narasumber, yakni dr. Karina Widowati dari UNICEF Jawa Timur dan Paramita Viantry, dosen Program Studi S1 Gizi Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA), yang memaparkan materi teknis penanganan gizi buruk terintegrasi.
Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan tenaga kesehatan puskesmas memiliki kemampuan lebih baik dalam memberikan layanan bagi balita gizi buruk, sekaligus memperkuat sinergi antara fasilitas kesehatan dan masyarakat.
Rumini Astuti
Tim Redaksi